Letnan Jenderal Sayidiman Mengabdi Untuk Negeri

Letnan Jenderal TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo adalah seorang tokoh militer yang memiliki karir dan pendidikan militer yang cukup lengkap, mulai dari pasukan tempur, staf, memegang jabatan teritorial, dan pengajar,

Selain dikenal sebagai militer lapangan, beliau juga dikenal sebagai Jenderal Pemikir / Intelektual, cukup banyak buku yang hasil karyanya yang sudah diterbitkan, terutama buku militer, politik, kebangsaan dan diplomasi, yang juga sering dipakai sebagai buku acuan.
Selesai pendidikan di Akademi Militer (1948), beliau langsung ditempatkan di pasukan tempur, dan bertugas di satuan legendaris, yaitu Divisi Siliwangi dan turut serta dalam Long March Siliwangi, kemudian turut serta di beberapa Operasi Militer penumpasan pemberontakan kedaerahan, Beberapa jabatan yang pernah dijabatnya adalah, Danton, Danyon, Pangdam XIV – Hasanuddin, Wakasad, Gubernur Lemhanas. 
Pendidikan militernya semakin lengkap, karena beliau juga sempat mengenyam pendidikan militer di Belanda, Jerman, dan Amerika Serikat.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar dan berkuasa penuh untuk Jepang dan beberapa jabatan lainnya.
Karier kemiliterannya sendiri diawali dengan bertugas di Divisi Siliwangi di Jawa Barat, mulai dari sebagai Komandan Peleton hingga menjadi Komandan Batalyon Infantri, sebelum akhirnya ditempatkan di lingkungan pendidikan sebagai Komandan Resimen Taruna Akademi Militer Nasional (AMN) (1960). Perjalanan kariernya kemudian terus meningkat dengan menjadi Perwira Staf Umum di Markas Besar Angkatan Darat (1963), Panglima Kodam XIV/Hasanuddin di Sulawesi Selatan (1968), Ketua Gabungan III/Personel Hankam (1970), dan akhirnya Wakil KSAD (1973). Hanya sebentar menjadi orang kedua di AD, setahun kemudian kembali beralih tugas dengan menjabat sebagai Gubernur Lemhanas (1974-1978). Pada masa itu, perhatiannya terhadap perkembangan dunia olahraga nasional ternyata membuatnya terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) (1976) dan merangkap sebagai Ketua KONI Pusat Bidang Daerah (1977), sebelum akhirnya bertugas menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang (1979).
Sekembalinya dari tugas di Negeri Matahari Terbit tersebut, ia kemudian diangkat menjadi Penasihat Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam bidang Hankam (1983) serta Komisaris Utama PT Perkebunan (PTP) XXIV/XXV di Jawa Timur (1984-1994). Ketika berdiri Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada tahun 1990, ia dipercaya menjadi Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat (1990-1995) dan Wakil Ketua Dewan Penasihat ICMI Pusat (1995-2000). Begitupun ketika Indonesia menjadi Ketua Gerakan Non Blok (GNB) (1992-1995), ia juga ditunjuk sebagai Dutabesar Keliling RI untuk Wilayah Afrika. Selain itu, menjadi Penasihat Presiden RI Urusan Ketahanan Nasional, Anggota MPR-RI (1993-1998), Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, dan Anggota Dewan Pendidikan Tinggi (1993).
Selama berkarier sebagai seorang prajurit TNI, aneka pendidikan militer pernah diikutinya, baik di dalam maupun luar negeri. Antara lain, Kursus Persiapan Hogere Krijgsschool, Company Officers Course, Infantry School di AS, Kursus Pendidikan Guru Militer, Bandung, Kursus Perwira Lanjutan Dua Infanteri , Bandung, Sprachenschule der Bundeswehr, Jerman, Fuehrungs Akademie der Bundeswehr, Jerman, dan International Defense Management, Naval Postgraduate School, AS.
Pengalaman lainnya, ia pun pernah bertugas menjadi dosen di berbagai lembaga pendidikan seperti SESKO AD, SESKO AL, SESKO ABRI, Lemhanas, Institut Bankir Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu, Akademi Militer Nasional Jurusan Teknik, Kursus Perwira Lanjutan AD, Sekolah Deplu (Sesparlu, Sesdilu), serta Fakultas PascasarjanaUniversitas Indonesia untuk Program Ketahanan Nasional dan Program Studi Jepang.
credits: wikiwand.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Check this handsome guy ;)

8 Pulau Surga di Indonesia

Quotes Inspiratif Selena Gomez yang Berpengaruh dalam Hidup Kita